Weekend kali ini kucoba untuk melahap habis buku yang kubeli di akhir Juli 2018, sekitar 2 minggu kemarin. Buku ini ditulis oleh salah satu dosen Unhas, dengan gaya bahasa yang ringan. Membacanya sebenarnya tidak perlu waktu yang panjang atau harus sengaja meluangkan waktu, karena kita dapat membacanya dimana saja. Hanya saja, jika ingin terbawa suasana kita harus membacanya dengan imajinasi. Penulis mencoba menyampaikan apa yang dirasakan, perjalanannya, perasaannya, dan rentetan peristiwa yang mengikutinya. Menurutku yang sangat menarik dari buku ini adalah terdapat beberapa tulisan yang terselip dengan bahasa Diksi dan Majas (semoga tidak salah hehe), dan itu sangat rapi dan indah. Saya adalah orang awam yang mengagumi sastra klasik. Namun sastra modern yang ditampilkan penulis tergolong memanjakan pembacanya, terlebih para petualang.
Jujur saja, saya membeli bukunya bukan karena beliau adalah senior atau kami di laboratorium yang sama, tapi saya membeli karena judul bukunya yang sangat menarik "Badik Berbunga di Negeri Para Samurai", penulis sangat cerdas dalam pemilihan judul buku. Bagi penikmat buku, judul ini sangat membuat penasaran akan isinya. Ini adalah langkah awal yang sangat menguntungkan.
Buku ini menceritakan perjalanan penulis ke Negeri Sakura dalam rangka mengikuti konferensi internasional. Tulisannya dikemas step by step dalam rentetan waktu dan lumayan detail, misalnya tiap transportasi yang penulis gunakan selama di Negeri Sakura ini, diungkapkan dengan konversi ke mata uang rupiah kita. Penulispun menyelingi feel flashback dalam buku ini tapi hanya sangat sekilas, dan menurutku ini menarik karena sedikit menampilkan unsur lampau sehingga tidak melepas terlalu jauh unsur utama cerita.
Jika ada yang ingin saya sarankan dalam buku ini adalah akhir tanda baca tiap kalimat yang selalu diakhiri dengan lebih dari satu titik, sepertinya memang tidak masalah, karena kita hanyut dalam cerita, tapi seandainya ini tidak di semua akhir kalimat akan lebih menarik (menurut saya ya, belum tentu orang lain, hehe). Kemudian, kebanyakan foto dalam buku ini tidak terlalu bagus tampilannya, dalam artian agak gelap, dan menurut saya ini agak mengganggu karena foto yang ditampilkan dalam buku ini adalah real dan merupakan penunjang utama dari cerita yang disampaikan. Sebenarnya imajinasi pembaca sangat terbantu dengan semua foto yang disuguhkan. Selain itu saya pribadi agak bingung dengan kata "Kanguk" dalam kalimat, kata ini dua kali terulang dalam buku, apakah ini semacam istilah atau sejenis ungkapan, entahlah. (Saya akan coba tanyakan ke penulisnya, semoga tercerahkan 😀). Overall buku ini menarik, patut jadi salah satu bacaan santai, dan lumayan bisa jadi pajangan depan rak buku anda karena judulnya sangat menarik.
and the last Bagi kamu yang ingin mengunjungi Negeri Para Samurai, buku ini sepertinya bisa jadi guide, minimal kamu tahu harus kemana, berapa budget yang perlu kamu siapkan, dan betapa menyenangkannya Negeri ini.
So guys, Mari Berpetualang, Mari berimajinasi, Menjejal Buku, Melangkahi Dunia.